Perbedaan Penyesuaian dengan Pembetulan

10/11/2016
Satu di antara pertanyaan paling 'jadul' dalam Akuntansi Keuangan adalah "apa perbedaan antara jurnal penyesuaian dengan pembetulan?" Sebuah persoalan tanya yang sungguh mendasar.

Menggunakan logika umum, yang namanya "disesuaikan" dengan "dibetulkan/dikoreksi" memang seolah sama saja alias "itu-itu juga". Para bahasawan mungkin menyebut kata "disesuaikan" sebagai bentuk eufimisme atau penghalusan dari istilah "koreksi". Hal inilah yang sering kali menjadikan masyarakat pada umumnya menjadi kebingungan saat mencoba memahami akuntansi.

Masyarakat kebanyakan menjadi bingung, mungkin tidak menjadi masalah, toh mereka tidak berekecimpung dalam bidang akuntansi. Akan tetapi, akan menjadi merepotkan saat kebingungan yang sama terjadi pada mereka-mereka yang bekerja di bidang akuntansi. Kebingungan yang sama wajar terjadi pada pelajar/mahasiswa jurusan Akuntansi, terutama pada tahun-tahun awal belajar/kuliah.

Supaya terbebas dari kebingungan ini, hal pertama yang perlu disadari dan terpahami adalah: Akuntansi menggunakan istilah teknis tersendiri yang berbeda dengan istilah umum.
"Penyesuaian" dan "Pembetulan/Koreksi", dalam akuntansi, adalah dua hal yang sama sekali berbeda, tidak bisa di-campur-aduk-kan. Dan memahami perbedaan antara dua hal tersebut, sangat mendasar bagi siapapun yang ingin memahami dan menguasai akuntansi.
Dengan kata lain, mampu atau tidaknya menjawab pertanyaan ini dengan baik, mencerminkan:
  • apakah seseorang sudah memahami prosedur debit-credit (double-entry) atau belum; dan
  • apakah sudah menguasai teknik dasar menjurnal atau belum.
Sebab, mustahil mampu membuat jurnal pembetulan dan penyesuaian jika belum memahami prosedur debit-credit dan menjurnal. (CATATAN: Yang belum paham teknik dasar menjurnal dan prosedur debit-credit silahkan baca Cara Mudah Membuat Jurnal Akuntansi).
Lebih jauh lagi, mampu tidaknya seseorang menjawab pertanyaan yang sama juga mencerminkan apakah dia memahami konsep dasar akrual dan deferal atau belum.
"Lalu, apa perbedaan antara jurnal penyesuaian dengan pembetulan?" mungkin ada yang sudah tak sabar.
Kalau saya jawab "Jurnal Penyesuaian untuk menyesuaikan saldo akun agar mewakili kondisi sebenarnya dan Jurnal Pembetulan untuk memperbaiki kekeliruan jurnal," apakah cukup?
Jika jawaban tersebut sudah cukup, berarti itulah jawabannya. Jika belum cukup, perlu dilakukan pembahasan mengenai Jurnal Pembetulan dan Jurnal Penyesuaian lebih lanjut.

Jurnal Pembetulan (Correction Entry)

Jurnal Pembetulan adalah jurnal yang dignakan untuk membetulkan Jurnal yang terlanjur keliru dibuat, entah itu keliru angka atau keliru akun.
"Untuk melakukan koreksi (Pembetulan), mengapa perlu membuat Jurnal?" Mungkin ada yang berpikir demikian. Jawabannya, karena asumsinya:
  • Pertama, pencatatan transaksi dilakukan secara manual (di atas kertas/buku jurnal).
  • Kedua, penyoretan atau type-x tabu dalam akuntansi. Tabu karena disamping tampak tidak rapi juga menimbulkan keragu-raguan.
Misalnya: Pada tanggal 10 Januari 2014 Nining menerima slip tunai pembayaran upah buruh. Untuk itu Nining membuat jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Upah Buruh = Rp 25.070.000,
[Kredit]. Kas = Rp 25.070.000,

Pagi-pagi, keesokan harinya, ketika Nining tiba di kantor sudah menemukan memo kecil dari Kepala Akuntan, tertempel di atas mejanya dengan pesan, "Nining, kamu keliru memasukkan jurnal untuk pembayaran upah buruh, tolong buat koreksi."
Selesai membaca "surat cinta" itu, Nining mencari slip pembayaran upah buruh yang dimaksud dan membandingkannya dengan jurnal yang dimasukkan ke buku. Pada slip pembayaran, Nining menemukan angka Rp 27.700.000,-. Namun pada jurnal yang Nining masukkan angkanya Rp 27.070.000,-. Jadi, ada KELIRU ANGKA, sehingga terjadi selisih Rp 630.000,- (= 27.700.000, - 27.070.000,).
Terhadap kekeliruan tersebut, Nining tidak mencoret atau men-type-x jurnal yang keliru, karena hal tersebut tabu dalam Akuntansi. Sebagai gantinya, Nining memasukkan JURNAL PEMBETULAN (correction entry), sebagai berikut:

[Debit]. Upah Buruh = Rp 630.000,
[Kredit]. Kas = Rp 630.000,

Setelah Jurnal Pembetulan dimasukkan maka total upah buruh yang diakui menjadi sesuai, yakni Rp 27.070.000, + Rp 630.000, = Rp 27.700.000, sesuai dengan angka yang tertera pada slip pembayaran upah buruh.
Begitu selesai memasukkan jurnal koreksi, Kepala Akuntan sudah berada di meja Nining, dan mengatakan bahwa Nining juga keliru memasukkan Pendapatan Bunga Jasa Giro dari bank. Oleh Nining, pendapatan bunga dari bank dimasukkan pada akun Pendapatan dengan jurnal:

[Debit]. Kas = Rp 750.000,
[Kredit]. Pendapatan = Rp 750.000,

Seharusnya, pendapatan bunga dari bank dipisahkan dari pendapatan utama (hasil penjualan) dan dimasukkan pada akun "Pendapatan Jasa Giro." Artinya, telah terjadi kekeliruan akun. Oleh karena itu, Nining harus membuat JURNAL PEMBETULAN sebagai berikut:

[Debit]. Pendapatan = Rp 750.000,
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750.000,

CATATAN KHUSUS: Pendapatan bunga pada rekening giro entitas di bank TIDAK DIGABUNG dengan Pendapatan utama dari hasil penjualan. Sebab pendapatan ini sudah dikenakan "pajak bersifat final" oleh pihak bank, sehingga tidak dikenakan pajak lagi pada PPh entitas. Oleh sebab itu, harus dipisahkan. Untuk pendapatan ini, biasanya entitas membuat akun khusus yang disebut "Pendapatan Bunga Jasa Giro."
Kekeliruan akun juga disebut "keliru klasifikasi akun," oleh sebab itu Jurnal Pembetulan atas kekeliruan akun sering disebut "jurnal reklasifikasi" (reclassification entry). Di tempat kerja, jika atasan mengatakan "tolong reclass" artinya Anda diminta untuk membuat Jurnal Pembetulan atas kekeliruan akun.
"Pada jurnal reklasifikasi di atas, mengapa akun KAS tidak ikut di-reklasifikasi?" mungkin ada yang berpikir seperti itu.
Jawabannya: Sebab, yang keliru klasifikasi hanya akun pendapatan saja, sedangkan akun kas-nya sudah benar, sehingga tidak perlu di-reklasifikasi lagi. Ini versi saat kita belajar di sekolah atau kampus. Dalam pekerjaan sesungguhnya, terutama jika menggunakan software akuntansi, prosedurnya sedikit berbeda (baca "Membuat Jurnal Pembetulan Dengan Software Akuntansi" setelah yang di bawah ini).
Bagaimana jika kekeliruan diketahui setelah tutup buku (saldo pendapatan dan beban telah di nol-kan)? Bagaimana membuat jurnalnya? Pertama, pertimbangkan, apakah perlu dibuatkan jurnal pembetulan atau tidak. Dasar pertimbangannya: Apakah bisa terkoreksi dengan sendirinya (self-corrected) atau tidak. Jika bisa terkoreksi dengan sendirinya maka tak perlu dibuatkan jurnal koreksi. Jika sebaliknya maka jurnal koreksi diperlukan. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca "Keliru Jurnal, Apakah Perlu Koreksi?"

Membuat Jurnal Pembetulan Dengan Software Akuntansi

Terutama adik-adik pelajar dan mahasiswa, perlu menyadari bahwa contoh-contoh kasus jurnal pembetulan yang disajikan di sekolah/kampus, entah atas kekeliruan angka atau kekeliruan akun, selalu menggunakan asumsi: PROSES PENCATATAN TRANSAKSI DILAKUKAN SECARA MANUAL (di atas kertas buku jurnal). Contoh kasus di atas pun, juga, menggunakan asumsi bahwa Nining melakukan pekerjaannya di atas kertas (buku jurnal).
Pada kenyataannya, di era komputer sekarang ini, sudah hampir semua entitas menggunakan software akuntansi. Sehingga, staf accounting pemula (fresh graduate) di entitas sering bingung ketika berhadapan dengan pekerjaan yang sesungguhnya.
Dengan software akuntansi (termasuk Excel), staf accounting bisa memperbaiki kekeliruan dengan cara melakukan editing (perbaikan) langsung pada jurnal yang keliru saja, atau dengan cara menghapus transaksi yang keliru untuk kemudian diganti dengan jurnal yang benar. Sehingga, TIDAK PERLU memasukkan jurnal pembetulan/koreksi lagi.
Pada kasus Nining yang pertama (keliru angka transaksi) di atas misalnya, dia bisa langsung mencari jurnal yang keliru, lalu mengganti angka yang keliru (27.070.000,) dengan angka yang benar (27.700.000,). Sedangkan pada kasus kedua, Nining bisa menghapus jurnal yang keliru (pada akun Pendapatan) dan membuat jurnal baru pada akun yang benar (Pendapatan Jasa Giro) dengan tanggal yang dimajukan agar sesuai dengan transaksi aslinya.
Akan tetapi, hal tersebut tergantung pada kebijakan entitas masing-masing yang bisa jadi berbeda antara satu entitas dengan entitas lainnya. Perbedaan kebijakan terletak pada penentuan saat kapan system (software) dikunci (locked).
Pada umumnya, entitas melakukan penguncian system untuk membatasi tindakan mengubah data tanpa seijin yang punya otoritas. Begitu system dikunci, staf accounting tidak bisa lagi:
1. melakukan editing langsung pada jurnal;
2. menghapus catatan transaksi (jurnal); atau
3. termasuk mengubah tanggal.
Sekadar informasi. Ada entitas-entitas yang melakukan penguncian system setiap hari, yakni setelah pukul 6 sore. Tujuannya? Membuat staf accounting terbiasa untuk senantiasa fokus dan berhati-hati dalam bekerja. Pendekatan yang sama juga, secara sistemik, memaksa semua Kepala Akuntan untuk selalu melakukan ledger detail review setiap hari dan harus selesai sebelum pukul 6 sore.
Jika ditemukan kekeliruan pada transaksi yang telah lewat, setelah system dikunci, staf accounting harus memasukkan JURNAL PEMBETULAN/KOREKSI melalui modul khusus yang biasanya hanya bisa dibuka oleh orang yang punya otoritas (Kepala Akuntan dan Controller). Yang artinya juga, jurnal koreksi hanya boleh dilakukan dengan seijin (approval) orang yang berwenang. Tujuannya? Jelas, untuk pengendalian intern, atasan menjadi senantiasa mengetahui setiap ada kekeliruan.
Membuat jurnal koreksi dengan menggunakan software akuntansi juga agak berbeda jika dibandingkan secara manual. Untuk contoh kasus kedua misalnya, Nining tidak bisa membuat jurnal dengan cara melawankan akun Pendapatan dengan akun pendapatan lainnya (karena sama-sama bersaldo kredit). Akun Pendapatan hanya bisa dilawankan dengan akun Piutang atau Kas (dan akun Biaya hanya bisa dilawankan dengan akun Utang atau Kas).
Untuk melakukan re-klasifikasi, bila bekerja menggunakan software akuntansi, Nining harus membuat jurnal pembalik (reversal entry) terlebih dahulu, sebagai berikut:

[Debit]. Pendapatan = 750.000,
[Kredit]. Kas = 750.000,

Melalui jurnal pembalik di atas maka posisi saldo masing-masing akun kembali ke posisi semula. Setelah itu baru membuat jurnal dengan akun yang benar, yakni:

[Debit]. Kas = Rp 750.000,
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750.000,

Itulah sedikit perbedaan antara membuat Jurnal Pembetulan dalam lingkungan manual dan terkomputerisasi, sekadar untuk diketahui saja, khususnya untuk adik-adik pelajar dan mahasiswa.

Jurnal Penyesuaian (Adjustment Entry)

Jurnal Penyesuaian (Adjustment Entry) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai saldo akun-akun tertentu agar sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Bagaimana caranya membuat Jurnal Penyesuaian? Tergantung saldo akun mana yang akan disesuaikan. Akun yang saldonya perlu disesuaikan biasanya akun yang timbul akibat adanya pengakuan biaya yang disegerakan (=diakrualkan) atau ditunda (=dideferalkan). Beberapa contoh akun yang biasanya memerlukan Jurnal Penyesuaian, antara lain:

1. Deposit Supplier dan Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)

Prinsip Kesesuaian (Matching Principle) menganjurkan agar setiap "Beban/Biaya" dan "Pendapatan" saling bersesuaian (matched). Konkretnya, dalam konteks ini, Beban/Biaya yang timbul pada suatu periode hanya diakui sejumlah yang bisa dihubungkan dengan pendapatan yang bisa dihasilkan pada periode yang sama.
Untuk memenuhi prinsip tersebut, maka Beban/Biaya yang kemanfaatannya diperkirakan lebih dari satu periode TIDAK diakui secara sekaligus pada saat timbul, melainkan dialokasikan dan diakui secara bertahap sesuai dengan manfaat yang ditimbulkan per periodenya.
CONTOH KASUS:
Untuk rencana penjualan Januari 2015, BUMDES memesan barang di UD CiburialMakmur senilai Rp 100.000.000,- pada tanggal 20 Desember 2014. Barang rencananya akan diterima secara bertahap mulai tanggal 5 hingga 10 Januri 2015. Untuk pemesanan tersebut, tanggal 22 Desember 2014 BUMDES membayar ke UD CiburialMakmur sebesar nilai pesanan.
Atas pengaluaran tersebut BUMDES tidak mencatatnya sebagai persediaan. Sebagai gantinya BUMDES memasukkan jurnal sebagai berikut:

[Debit] Deposit Supplier = Rp 100.000.000, (masuk ke Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 100.000.000 (mengurangi saldo Kas di Neraca)

Nah, akun "Deposit Supplier" inilah yang harus disesuaikan dengan kondisi sebenarnya, yakni setiap kali barang persediaan diterima. Misalnya, ketika barang tahap pertama diterima senilai Rp 40 juta pada tanggal 5 Januari 2015, BUMDES membuat JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:

[Debit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 40.000.000, (saldo persediaan di Neraca bertambah 40 juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 40.000.000, (saldo Desposit Supplier di Neraca berkurang 40 juta)

Ketika barang tahap 2 diterima senilai Rp 60 juta pada Tanggal 8 Januari 2015, BUMDES membuat JURNAL PENYESUAIAN kembali sebagai berikut:

[Debit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 60.000.000, (total saldo persediaan menjadi 40 + 60 juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 60.000.000, (sisa saldo Desposit Supplier di Neraca nol)
(Catatan: Deposit Supplier di atas bisa juga disebut "Persediaan Dibayar Dimuka", esensinya sama saja).

Pengakuan bertahap juga diterapkan pada transaksi Sewa yang manfaatnya lebih dari satu periode.
CONTOH KASUS:
Untuk mengantisipasi pemadaman listrik yang kerap terjadi, tanggal 15 Desember 2014 BUMDES menyewa mesin Genset senilai Rp 75 juta untuk penggunaan hingga 15 Maret 2015.
Saat terjadi pembayaran transaksi Sewa, BUMDES tidak membebankan biaya Sewa seketika di bulan Desember 2014. Sebagai gantinya, BUMDES mencatat dengan jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 75.000.000, (masuk Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 75.000.000, (mengurangi saldo Kas di Neraca)

Nah, saldo "Sewa Dibayar Di Muka" inilah yang terus disesuaikan setiap periodenya berdasarkan penggunaannya sehingga mencerminkan kondisi sebenarnya. Jelang tutup buku 31 Desember 2014 misalnya, BUMDES membuat JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Sewa = Rp 12.500.000, (dibiayakan dan mengurangi Laba Desember 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12.500.000, (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 12.500.000, adalah porsi biaya sewa untuk Desember 2014 (= 75 juta : 3)/2).

Pada tanggal 31 Januari 2015 nanti, BUMDES akan membuat penyesuaian saldo Sewa Dibayar Di Muka lagi, sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Sewa = Rp 25.000.000, (mengurangi Laba Januari 2015)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25.000.000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 25.000.000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Januari 2015.)

Pada tanggal 28 Februari 2015 nanti, BUMDES akan membuat penyesuaian saldo Sewa Dibayar Di Muka lagi, sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Sewa = Rp 25.000.000, (mengurangi Laba Februari 2015)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25.000.000, (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 25.000.000, (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Februari 2015).

Pada saat ini saldo Sewa Dibayar Di Muka akan menunjukkan angka Rp 12.500.000, (=75 juta - 12.500.000, - 25.000.000, - 25.000.000,). Sehingga, pada tanggal 31 Maret 2015 BUMDES akan memasukkan jurnal penyesuaian terakhir untuk saldo Sewa Dibayar Di Muka, sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Sewa = Rp 12.500.000, (mengurangi Laba Maret 2015)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12.500.000, (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 12.500.000, ((=75 juta:3)/2) adalah porsi biaya sewa untuk Maret 2015).

Setelah Jurnal Penyesuaian ini dimaksukkan maka saldo Sewa Dibayar Dimuka akan menunjukkan angka 0 (nol) alias habis.
Catatan: Tidak hanya "Deposit Supplier" dan "Sewa Dibayar Di Muka" saja, pada adasarnya setiap biaya yang memiliki kemanfaataan lebih dari 1 periode diperlakukan seperti di atas, sehingga membutuhkan jurnal penyesuaian di setiap akhir periodenya.

2. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi

Saldo akun "Akumulasi Penyusutan" (kontra akun Aset Tetap) dan "Akumulasi Amortisasi" (kontra akun Aset Tak berwujud) juga memerlukan penyesuaian di akhir periode. Sebab saldo kedua akun ini meningkat seiring dengan semakin berkurangnya nilai manfaat atau nilai buku Aset.
CONTOH KASUS:
Tanggal 1 Januari 2014 BUMDES membeli Aset berupa mesin produksi senilai Rp 25.000.000, secara tunai dan langsung dioperasikan. Umur Ekonomis mesin di perkirakan mencapai 8 tahun. Terhadap mesin ini, BUMDES tidak mencadangkan nilai residu. Untuk menyusutan nilai Aset, BUMDES menggunakan Metode Garis Lurus. Penutupan Buku BUMDES dilakukan secara tahunan, yakni setiap tanggal 31 Desember.
Untuk mengakui aset Mesin Produksi, tangal 1 Januari 2014 BUMDES membuat jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Mesin = Rp 25.000.000,
[Kredit]. Kas = Rp 25.000.000,

Atas penggunaan mesin tersebut BUMDES menghitung penyusutan per tahun sebagai berikut:
Tarif Penyusutan Per Tahun = (1/Umur Ekonomis) x 100% = (1/8) x 100% = (100/8)% =12, 5% per tahun.
Penyusutan Per Tahun = (Nilai Perolehan - Nilai Residu) x Tarif = 25.000.000, x 12,5% = Rp 3.125.000,/tahun.
Sehingga jadwal penyusutan mesin menjadi sebagai berikut:
Tabel-penyusutan

Pada jadwal penyusutan di atas terlihat bahwa, akumulasi penyusutan, yang mengurangi nilai buku atau nilai manfaat, terus meningkat seiring dengan lamanya penggunaan mesin. Oleh sebab itu, BUMDES perlu melakukan PENYESUAIAN saldo "Akumulasi Penyusutan" setiap akhir periode buku (seperti tampak dalam jadwal di atas) yang dimulai tanggal 31 Desember 2014.
Sehingga, pada tanggal 31 Desember 2014 BUMDES mengakui "Beban Penyusutan Mesin Produksi" di satu sisinya (Laba/Rugi) dan Akumulasi Penyusutan Mesin di sisi lainnya, dengan jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Beban Penyusutan Mesin Produksi = Rp 3.125.000, (masuk L/R)
[Kredit]. Akumulasi Penyusutan Mesin produksi = Rp 3.125.000, (Masuk Neraca)

Sejak saat itu, BUMDES terus membuat JURNAL PENYESUAIAN atas saldo akun "Akumulasi Penyusutan Mesin Produksi "setiap tanggal 31 Desember, hingga saldonya sama dengan "Nilai Perolehan Mesin" (Rp 25 Juta) dan Nilai Buku (= Nilai Perolehan Mesin - Akumulasi Penyusutan) sama dengan nol alias NIHIL, yang menurut jadwal akan terjadi pada tanggal 31 Desember 2020.
Jurnal Penyesuaian juga diperlukan untuk saldo akun aset tetap lainnya dan semua saldo akun "Akumulasi Amortisasi" aset tak berwujud, dengan cara yang sama.

3. Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima Di Muka

Pendapatan yang diterima pada suatu periode, oleh entitas hanya boleh diakui sejumlah yang bisa dihubungkan dengan Beban/Biaya yang timbul pada periode yang sama. Sedangkan selisihnya diakui, bisa sebagai "Deposit Pelanggan" atau "Pendapatan Diterima Di Muka". Saldo akun inilah yang disesuaikan pada setiap akhir periodenya.
CONTOH KASUS:
Pada tanggal 25 November 2014 BUMDES menerima order dari PT. Cipta Usaha sebesar Rp 750 Juta. Karena keterbatasan kapasitas produksi, maka pengiriman barang disepakati secara bertahap, dengan jadwal sebagai berikut:
  • Tanggal 25 Januari 2015, senilai Rp 250 Juta;
  • Tanggal 25 Februari 2015, senilai Rp 250 Juta; dan
  • Tanggal 25 Maret 2015, senilai Rp 250 Juta.
Dari transaksi tersebut, pada tanggal 1 Desember 2014 BUMDES menerima pembayaran penuh sebesar Rp 750 Juta. Atas pembayaran yang diterima, oleh BUMDES belum boleh diakui sebagai Pendapatan.
Sebab belum timbul Beban dan Biaya sehubungan dengan pemesanan barang tersebut. Untuk sementara, uang yang diterima diakui sebagai "Deposit Pelanggan" dengan jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Kas = Rp 750.000.000, (masuk ke Neraca)
[Kredit]. Deposit Pelanggan = Rp 750.000.000, (masuk ke kelompok Liabilitas pada Neraca)

Nah saldo "Deposit Pelanggan" inilah yang memerlukan JURNAL PENYESUAIAN setiap kali BUMDES mengakui "Pendapatan" pada satu sisinya dan pengakuan "Harga Pokok Penjualan" pada sisi lainnya, yakni saat pengiriman barang.
Sesuai jadwal, BUMDES mengirimkan barang tahap pertama pada tanggal 25 Januari 2015 senilai Rp 250 Juta dengan Harga Pokok Penjualan sebesar Rp 150 juta, dan memasukkan JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:

[Debit]. Deposit Pelanggan = Rp 250.000.000, (mengurangi saldo akun Deposit Pelanggan)
[Kredit]. Penjualan = Rp 250.000.000, (masuk Laba/Rugi Januari 2015)

Dan:

[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 150.000.000, (masuk Laba/Rugi Januari 2015)
[Kredit]. Persediaan = Rp 150.000.000, (mengurangi saldo Persediaan pada Neraca)

BUMDES akan terus membuat JURNAL PENYESUAIAN atas saldo Deposit Pelanggan hingga nilainya mencapai nol alias Nihil, yang dijadwalkan akan terjadi pada tanggal 25 Maret 2015.
Di samping akun "Deposit Pelanggan", akun lain yang perlu Penyesuaian adalah akun "Pendapatan Diterima Di Muka."
CONTOH KASUS:
BUMDES menyewakan salah satu ruang kantornya senilai Rp 100 juta kepada PT. Pakar Jaya selama 5 tahun. Atas Sewa tersebut BUMDES menerima pembayaran penuh.
Sama seperti Deposit Pelanggan, penerimaan pembayaran sewa ini juga tidak diakui sebagai pendapatan, melainkan sebagai "Pendapatan Sewa Diterima Di Muka" yang saldonya akan disesuaikan setiap akhir periode melalui JURNAL PENYESUAIAN.

4. Biaya Diakrualkan

Suatu biaya diakrualkan apabila biaya tersebut sudah harus diakui sementara angka pastinya belum diketahui. Kondisi ini lumrah terjadi pada biaya listrik, biaya telepon dan biaya gaji.
CONTOH KASUS:
Sesuai dengan prinsip kesesuaian (matching principle), pengunaan listrik BUMDES untuk bulan Januari 2015 harus diakui pada bulan yang sama, sementara tagihan dari PLN biasanya baru diterima sekitar tanggal 15-20 Februari 2015, sehingga angka "Biaya Listrik" belum diketahui secara pasti.
Agar biaya listrik Januari bisa diakui di bulan Januari maka menjelang penutupan buku (31 Januari 2015) BUMDES mengakrualkan Biaya Listrik dengan menggunakan tagihan bulan sebelumnya sebagai patokan. Sehingga pengakuan "Biaya Listrik" diakrualkan dengan jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Listrik = Rp 50.500.000, (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 50.500.000, (masuk ke Liabilita pada Neraca)
(Catatan: Angka Rp 50.500.000, diambil dari tagihan listrik bulan sebelumnya).

Di samping itu, BUMDES juga mengakrualkan "Biaya Telepon" untuk Januari 2015, karena kondisinya sama dengan Biaya Listrik. Menggunakan biaya telepon bulan sebelumnya, pada tanggal 31 Januari BUMDES mengakrualkan pengakuan biaya telepon dengan jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Telepon = Rp 7.500.000, (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 7.500.000 (masuk ke Liabilita pada Neraca)
(Catatan: Angka Rp 7.500.000, diambil dari tagihan telepon bulan sebelumnya).

BUMDES membayar gaji setiap tanggal 5, sehingga untuk Biaya Gaji bulan Januari 2015 angka pastinya baru bisa diketahui antara tanggal 2-3 Februari 2015. Agar Biaya Gaji bulan Januari bisa diakui diakui pada bulan yang sama, maka tanggal 31 Januari 2015 BUMDES mengakrualkan biaya gaji sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Gaji = Rp 125.800.000, (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125.800.000, (masuk ke Liabilita pada Neraca)
(Catatan: Angka Rp 125.800.000 diambil dari catatan Biaya Gaji bulan sebelumnya).

Yang paling penting untuk dipahami dalam hal ini adalah: biaya listrik, biaya telepon dan biaya gaji BUMDES belum mewakili kondisi sebenarnya. Sehingga, pengakuan "Laba/Rugi" BUMDES untuk periode Januari 2015 bisa jadi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya. Artinya juga, akun "Laba Ditahan" BUMDES pada Neraca juga belum mewakili nilai sebenarnya. Untuk itu perlu disesuaikan ketika tagihan masing-masing biaya dketahui secara pasti.
Misalnya:
Tanggal 3 Februari 2015, Bagian Kepegawaian BUMDES mengajukan Biaya Gaji untuk Januari 2015 sebesar Rp 128.000.000,. Dari sini staf akunting BUMDES mengetahui bahwa Biaya Gaji yang dibebankan pada Januari 2015 lebih kecil Rp 2.200.000, (= 128.000.000, - 125.800.000,) dibandingkan dengan biaya sebenarnya. Berarti pengakuan "Laba" BUMDES untuk Januari 2015 menjadi lebih diakui Rp 2.200.000, sehingga saldo "Laba Ditahan" juga menjadi lebih diakui sejumlah yang sama. Untuk itu perlu disesuaikan agar mewakili kondisi sebenaranya dengan memasukkan JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:

[Debit]. Laba Ditahan = Rp 2.200.000, (Saldo Laba Ditahan berkurang 2.200.000,)
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125.800.000, (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Utang Gaji = Rp 128.000.000, (Sesuai yang diajukan Bagian Kepegawaian)

Saat gaji dibayarkan (Tanggal 5 Februari 2015), BUMDES memasukkan Jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Utang Gaji = Rp 128.000.000, (saldo Utang Gaji menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 128.000.000, (saldo Kas berkurang Rp 128.000.000,)

Pada tanggal 15 Februari 2015 BUMDES menerima tagihan dari PLN untuk penggunaan Listrik bulan Januari 2015 sebesar Rp 49.000.000,. Sehingga pengakuan Biaya Listrik Januari lebih besar Rp 1.500.000, (=50.500.000, - 49.000.000,) dibandingkan tagihannya. Artinya saldo Laba Ditahan kurang diakui sebesar yang sama. Agar mewakili kondisi sebenarnya, maka BUMDES memasukan JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 50.500.000, (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 1.500.000, (Saldo Laba Ditahan bertambah 1.500.000,)
[Kredit]. Utang - PLN = Rp 49.000.000, (Sesuai tagihan dari PLN)

Saat Listrik di bayar (Tanggal 18 Februari 2015), BUMDES memasukkan Jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Utang - PLN = Rp 49.000.000, (saldo Utang - PLN menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 49.000.000, (saldo Kas berkurang Rp 49.000.000,)

Pada tanggal 17 Februari 2015 BUMDES menerima tagihan dari PT TELKOM untuk penggunaan telepon Januari 2015 sebesar Rp 7.000.000,. Sehingga pengakuan Biaya Telepon Januari lebih besar Rp 500.000, (=7.500.000, - 7.000.000,) dibandingkan tagihannya. Artinya saldo Laba Ditahan juga kurang diakui sebesar Rp 500.000,. Supaya mewakili kondisi sebenarnya, maka BUMDES memasukan JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:

[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 7.500.000, (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 500.000, (Saldo Laba Ditahan bertambah 500.000,)
[Kredit]. Utang - PT TELKOM = Rp 7.000.000, (Sesuai tagihan dari PT TELKOM)

Saat Telepon di bayar (Tanggal 19 Februari 2015), BUMDES memasukkan Jurnal sebagai berikut:

[Debit]. Utang - PT TELKOM = Rp 7.000.000, (saldo Utang - PT TELKOM menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 7.000.000, (saldo Kas berkurang Rp 49.000.000,)

Itulah yang disebut jurnal penyesuaian (adjustment entry).

Kesimpulan: Jurnal Pembetulan vs Penyesuaian

Jurnal Pembetulan dan Jurnal Penyesuaian, 2 jenis jurnal yang dibuat untuk maksud berbeda.
"Jurnal Pembetulan/Koreksi" (Correction Entry), adalah jurnal khusus yang dibuat untuk memperbaiki kekeliruan jurnal. Perbaikan atas kekeliruan akun sering disebut "reklasifikasi." Kesalahan jurnal bisa terjadi pada akun mana saja. Bila kekeliruan terjadi pada transaksi pada periode yang sama, Jurnal Pembetulan selalu dianjurkan. Namun bila kekeliruan terjadi di periode berbeda, maka perlu mempertimbangkan apakah kekeliruan tergolong self-corrected atau tidak. Jurnal koreksi diperlukan pada transaksi yang tidak self-corrected.
Sedangkan "Jurnal Penyesuaian" (Adjustment Entry) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai saldo akun-akun tertentu agar sesuai dengan kondisi sebenarnya. Akun yang saldonya perlu disesuaikan biasanya akun yang timbul akibat adanya pengakuan biaya yang disegerakan (=diakrualkan) atau ditunda (=dideferalkan). Beberapa contoh akun yang biasanya memerlukan Jurnal Penyesuaian, antara lain: Deposit Supplier, Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid), Akumulasi Penyusutan/Amortisasi, Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima Dimuka, Biaya Diakrualkan.***

Share this

Tulisan Terkait

Previous
Next Post »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar