Dana Desa Penyebab Utama Defisit Bengkak Hingga Rp230,7 Triliun |
Defisit anggaran pada 2015 sebesar 0,73 persen dari produk domestik bruto (PDB) dengan nominal Rp84,3 triliun dari Rp222,5 triliun. Sedangkan semester I tahun 2016 defisit anggaran mencapai 1,83 persen atau jumlahnya Rp230,7 triliun dari Rp230,7 triliun.
Penyebab utama lonjakan yang sangat drastis tersebut berasal dari serapan alokasi belanja pada pos Dana Desa yang mencapai Rp26,8 triliun atau 57,1 persen dari pagu Rp47 triliun. Sementara periode yang sama tahun 2015, yakni sebesar Rp7,9 triliun atau 37,9 persen dari Rp20,8 triliun. Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro.
"Dana desa ini penyebab utama. Sehingga dari situ ada defisit Rp230,7 triliun," kata Bambang di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 20 Juli.
Begitu juga untuk transfer daerah yang realisasinya mencapai Rp357,2 triliun atau 49 persen dari Rp729,3 triliun, sedangkan tahun 2015 sebesar Rp326,6 triliun atau 50,6 persen dari Rp643,6 triliun. Sehingga realisasi transfer dan dana desa mencapai Rp384 triliun atau 40,5 persen dari Rp776,3 triliun, lebih besar dibanding yang sebelumnya yakni Rp334,7 triliun atau 50,4 persen dari Rp664,6 triliun.
Sementara belanja pemerintah pusat yang terdiri dari belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dan belanja non K/L mencapai Rp481,3 triliun atau 36,8 persen dari Rp1.306,7 triliun, lebih tinggi dari tahun 2015 Rp417,5 triliun atau 31,6 persen dari Rp1.319,5 triliun. Sehingga secara total keseluruhan penerimaan negara di semester I sebesar Rp865,4 triliun atau 41,5 persen dari Rp2.082,9 triliun.
"Kalau dilihat gambaran sekilas ini, maka besaranya defisit utamanya berasal dari besarnya belanja total belanja pemerintah pusat dan teansfer ke daerah itu mencapai Rp113 triliun, lebih besar tahun ini dibanding tahun lalu," ungkap Bambang.
Namun demikian, Bambang menekankan, besarnya realisasi belanja transfer daerah dan dana desa menunjukkan lebih memberikan efek kesejahteraan pada masyarakat, dibanding tahun-tahun sebelumnya, alokasinya lebih berat ke arah belanja pemerintah pusat khususnya K/L.
Sedangkan, sisi pendapatan negara tercatat lebih rendah Rp 33 triliun dari periode yang sama tahun 2015. baru terkumpul Rp634,7 triliun atau 35,5 persen dari target dalam APBN P sebesar Rp1.786,2 triliun. Realisasi ini tentu lebih rendah dari semester I tahun 2015 yakni Rp667,9 triliun atau 37,9 persen dari target Rp1.761,6 triliun.
"Nah inilah dua alasan kenapa defisit sekarang membesar. Tapi yang lebih penting pesannya belanja sekarang lebih cepat," tegas Bambang Brodjonegoro. ***[mtn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar